“Apa
nama yang cocok untuk produk gue?"
"Apa ya jenis produk yang akan laku jika gue jual?"
"Produk
apa yang sedang diminati orang sekarang sih?"
"Gimana
produk gue bisa bersaing dengan para kompetitor?"
Semua pemikiran itu tentu tidak salah.
Toh banyak juga para pengusaha yang memulai usaha mereka dengan terlebih dulu
memikirkan “apa” dan “bagaimana” produk mereka tetap dibeli
orang. Tapi apakah produk mereka diingat orang? Apakah produk mereka memiliki
nilai atau value sehingga orang yang
sama rela mengoleksi atau terus-menerus membeli produk mereka?
Jawabannya belum tentu, selama pola pikir kamu bermula dari kata “apa” atau “bagaimana”
Simon Sinek telah berhasil merumuskan ide
sederhana. Sebuah ide yang diawali dari pertanyaan kenapa, bagaimana, apa. Menurutnya, otak manusia itu
terdiri dari 3 bagian atau lapisan. Lapisan terluar mewakili “apa”, lapisan kedua mewakili “bagaimana”
yang bertanggung jawab dengan cara berpikir rasional, dan lapisan terdalam
mewakili “kenapa” yang mengendalikan perasaan, nilai dan bahkan kepercayaan.
“Kenapa
saya menciptakan atau menjual produk ini? Mengapa gue melakukannya?”
Kata “kenapa” ternyata adalah hal yang
dipikirkan banyak perusahaan dan tokoh-tokoh besar dunia. Saat produk kamu mencoba berbicara ke konsumen dan menyasar
ke bagian otak terdalam mereka, Anda telah mencoba mengendalikan prilaku
mereka, kepercayaan mereka terhadap suatu hal.
Mengapa Apple yang dulunya hanya sebuah
perusahaan komputer mampu membuat orang rela mengantri berhari-hari demi
memberi produk-produknya, mengapa produknya yang hanyalah perangkat elektronik
mampu merubah keyakinan dan cara berpikir para pelanggannya?
Jawabannya cukup sederhana, karena Steve Jobs, sang pemilik brand Apple tidak pernah menjual produknya, yang ia jual adalah
alasan, keyakinan dan nilai atau value.
Dia percaya terhadap status quo, dia percaya
tentang cara berpikir beda atau yang kita kenal dengan slogan Think Different. kepercayaan itulah yang
mereka jual. Dan orang-orang pun membeli kepercayaan yang ditawarkan oleh Steve
Jobs.
Lihat bagaimana cara Apple berkomunikasi di dalam Lingkaran Emas atau Golden Circle:
Oleh karena itu, sebelum kamu memulai bisnis online, apapun yang ingin kamu jual, lakukan langkah berpikir seperti di bawah ini:
Kenapa?
Alasan apa yang membuat kamu ingin
menjual atau menciptakan produk, yang tentunya haruslah mempunyai nilai
atau value. Jika produk yang ingin kamu jual berupa kedai kopi, kamu mungkin bisa menciptakan persepsi seperti ini:
Contoh:
"Gue percaya, Kopi dan kedai yang gue ciptakan dengan setulus hati ini dapat menciptakan obrolan dengan suasana
yang hangat dari hati ke hati."
Bagaimana?
Pikirkan bagaimana kamu bisa membuat
orang lain percaya akan keyakinan kamu itu. Kamu bisa mengkomunikasikan beragam
kelebihan kedai kopi kamu secara rasional:
“Kedai kopi kami diciptakan dengan ruang
berdesain minimalis yang mengedepankan kenyamaan untuk berkumpul dan saling
berbagi dengan secangkir kopi yang kami buat dengan biji kopi berkualitas yang
diolah dengan tangan-tangan terampil.”
Apa?
Saat Kamu sudah memiliki alasan yang kuat
terhadap penciptaan kedai kopi kamu, tentu sangatlah mudah untuk
mengkomunikasikannya ke konsumen, kedai kopi kamu bisa berbicara seperti ini:
"Tak ada yang lebih nikmat dari obrolan hati
ke hati bersama kopi yang dihidangkan dengan setulus hati."
Konsumen tidak tertarik membeli apa yang kamu ciptakan, mereka lebih suka membeli alasan kenapa kamu menciptakan produk tersebut. Oleh karena itu, buatlah alasan atau persepsi yang menginspirasi tentang produk atau karya kamu. Suatu alasan atau persepsi yang mengubah hidup calon konsumen kamu, yang mengubah pola pikir dan tentunya
punya manfaat bagi konsumen itu sendiri.
Selamat menginspirasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar